Bandung, 11 Mei 2025 – Sinar matahari pagi menyambut rombongan siswa kelas XI SMK YPF saat mereka memulai perjalanan edukatif ke dua situs bersejarah di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Kabupaten Bandung. Dengan semangat belajar di luar kelas, para siswa menyusuri Goa Belanda dan Goa Jepang, dua lokasi bersejarah yang menjadi saksi bisu masa penjajahan di Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembelajaran interaktif lintas mata pelajaran, yakni sejarah dan pendidikan jasmani (PJOK).
Sejak pukul 07.00 WIB, rombongan siswa dan guru pendamping berkumpul di sekolah dan melanjutkan perjalanan ke Tahura menggunakan angkutan umum. Rute yang dipilih tidak hanya mengedepankan aspek historis, tetapi juga mendidik siswa untuk mengenal moda transportasi publik serta membiasakan diri dengan kemandirian dalam perjalanan kelompok. Setibanya di Tahura, mereka memulai penelusuran dengan berjalan kaki menuju lokasi goa, menyatu dengan suasana sejuk dan rindangnya pepohonan hutan kota tersebut.
Pembelajaran sejarah di lokasi ini dipandu langsung oleh guru sejarah, Ardi Afriansyah, M.Pd., yang menjelaskan secara rinci latar belakang sejarah Goa Belanda yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1918, serta Goa Jepang yang dibangun oleh tentara Jepang pada masa pendudukan tahun 1942. Para siswa tampak antusias mencatat dan bertanya mengenai peran dua goa tersebut dalam sistem pertahanan militer masa lampau. Mereka juga diajak merenungi dampak kolonialisme terhadap masyarakat lokal kala itu.
Uniknya, kegiatan ini juga berkolaborasi dengan pelajaran PJOK, di mana para siswa diwajibkan merekam seluruh aktivitas jalan kaki mereka menggunakan aplikasi Strava. Guru PJOK, Agung Hagumelarna, S.Pd., menjelaskan bahwa pengukuran ini digunakan sebagai penilaian aktivitas fisik dan ketahanan siswa dalam konteks pembelajaran luar ruang. Selain memperkuat fisik, kegiatan ini juga melatih kedisiplinan dan kerja sama tim.
Tak hanya berjalan kaki dan mendengarkan penjelasan sejarah, para siswa juga diminta untuk membuat laporan reflektif setelah kunjungan. Laporan tersebut akan menjadi bahan evaluasi lintas pelajaran sekaligus penguat karakter siswa dalam menghargai sejarah bangsa. “Kami ingin siswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tapi juga mengalami dan merasakan langsung warisan masa lalu yang harus dijaga,” ujar Ardi Afriansyah.
Melalui kegiatan ini, SMK YPF menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pembelajaran kontekstual yang menyenangkan, aktif, dan bermakna. Perpaduan antara edukasi sejarah dan pembinaan fisik ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antarmata pelajaran mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik. Siswa pun pulang dengan pemahaman baru: bahwa sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga bagian dari identitas dan perjalanan bangsa yang harus terus dikenang.